SURYA SARI ENTERPRISE: Pertimbangan Yang Sering dipergunakan Orang Jawa Dalam Memilih Jodoh

Selasa, 16 April 2019

Pertimbangan Yang Sering dipergunakan Orang Jawa Dalam Memilih Jodoh


Pertimbangan Yang Sering dipergunakan Orang Jawa
Dalam Memilih Jodoh

            Banyak pertimbangan yang sering dipergunakan orang Jawa dalam memilih jodoh.  Menurut Suwardi Endraswara dalam bukunya Rasa Sejati, Misteri Seks Dunia Kejawen (2006), banyak cara pula ketika laki-laki hendak memilih perempuan.  Tradisi Jawa telah menggariskan wanita memang layak dalam posisi dipilih.  Maka, ada sejumlah pertimbangan penting yang sering digunakan orang Jawa agar kelak tidak menyesal.  Hal ini sesuai dengan penuturan R Ng Ranggawarsita dalam Serat Cemporet.  Pada umumnya, perhatian diarahkan pada watak yang mendominasi.  Ada tiga watak wanita baik versi Ranggawarsita yang layak menjadi pertimbangan laki-laki untuk menikahi jodohnya.
  1. Watak Wedi.  Maksudnya menyerah, pasrah dan jangan suka mencela, membantah ataupun menolak pembicaraan.  Lakukanlah saja perintah dengan sungguh-sungguh sepenuh hati.
  2. Watak Gemi.  Maksudnya tidak boros akan nafkah yang diberikan.  Banyak atau sedikit harus diterima dengan rasa syukur.  Tidak boros, juga berarti dapat menyimpan rahasia suami, tidak banyak bicara yang tidak bermanfaat.
  3. Watak Gemati.  Maksudnya penuh kasih.  Yakni menjaga terhadap apa yang disenangi suami, lengkap dengan alat-alat kesenangannya, seperti dalam menyediakan pakaian, makan, dan minum serta dalam segala tindakan.
Akan tetapi, ada juga hal-hal yang bisa merendahkan derajat wanita sebagai istri.  Yakni apabila ia berani berbuat sembrana yang menunjukkan ketidaktaatan, suka menyangkal pembicaraan, sering membantah, bicara tidak sopan, merusak nafkah, sangat berani dan hanya berdasarkan kemauannya sendiri serta tidak mempunyai rasa sayang akan pemberian suami.  Selain itu, tidak menjaga hal-hal yang seharusnya menjadi rahasia.  Misalnya, suka membuka-buka rahasia, suka mengaduk-aduk tetangganya dan lebih suka menciptakan konflik.  Watak perempuan yang tidak disukai juga bila hatinya penuh dengan syak wasangka, suka pamer, tidak lurus, tidak tulus, curang, nakal, dan berbuat sembarangan.  Bila watak-watak semacam ini mengendap pada diri wanita, akan banyak disingkiri.  Sebab, watak-watak yang bisa merendahkan derajat serendah-rendahnya itu sama saja dengan memilih hidup nista dan sengsara.
       Oleh sebab itu, budaya Jawa memperhatikan konsep bobot, bibit, bebet jika seseorang hendak menikahkan anaknya.  Bibit harus dipertimbangkan dari segi keturunannya.  Bebet adalah melihat seseorang dari siapa orangtuanya dan apakah wanita ini masih memiliki keberuntungan.  Sedang dari sisi keturunan, wanita yang memiliki bobot itu bisa ditinjau dari tujuh macam keturunan.
1.       Keturunan darah penguasa atau bangsawan Jawa yang masih memiliki derajat dalam hidupnya.
2.       Keturunan para ahli agama, para alim ulama atau cendikiawan agama.
3.       Keturunan para ahli pertapa, para pendeta, yang melakukan puja brata.
4.       Keturunan para ilmuan, orang-orang yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan kebijakan.
5.       Keturunan para tukang, para pandai atau praktisi dalam berbagai bidang kekaryaan dan keterampilan.
6.       Keturunan para prajurit, tentara pemberani, yang memiliki kemampuan bela negara.
7.       Keturunan petani yang rajin mengolah sawah ladang.


Disadur dari buku Dunia Spiritual Soeharto oleh: Arwan Tuti Artha hal 90 – 93.