SURYA SARI ENTERPRISE: Cara Membuat Alat Otomatis Pompa Air Listrik Dengan Memanfaatkan Magnet Hiasan Lemari Es

Minggu, 25 Agustus 2019

Cara Membuat Alat Otomatis Pompa Air Listrik Dengan Memanfaatkan Magnet Hiasan Lemari Es


Artikel "Cara Membuat Alat Otomatis Pompa Air Listrik Dengan Memanfaatkan Magnet Hiasan Lemari Es" adalah hasil Copy Paste (semuanya ada 8 Catatan) dari Catatan Facebook "Supandik The Rider Bernadus".  Yang mana Supandik The Rider Bernadus adalah Omku (Supandik - YD3EBP).
Penulis & Karya Dari : "Supandik The Rider Bernadus"

7 Oktober 2011 pukul 13:26
1. Pendahuluan
Pompa air listrik belakangan ini sudah menjadi alat yang seakan wajib dimiliki oleh setiap rumah tangga, ini dikarenakan pompa air listrik tersebut sangat membantu untuk lebih menyingkat waktu daripada kalau kita harus menimba air atau menggunakan pompa air engkol – yang di beberapa tempat disebut pompa dragon – dari sumur atau dari bak penampung air PDAM yang umum dibuat di depan rumah. Di samping bisa menghemat waktu, penggunaan pompa air listrik sangat menghemat ruangan dan kita tidak harus membuka bak penampung air PDAM tadi saat hendak menimba airnya lalu menutupnya kembali setelah selesai menimba. Lebih tidak praktis lagi saat menimba biasanya air yang kita timba berceceran yang menyebabkan kita harus mengepelnya kembali.

Pompa air listrik yang umum dipasarkan adalah pompa air listrik yang menggunakan tabung tekanan untuk mematikan dan menghidupkannya kembali. Jadi apabila kita membuka kran air di kamar mandi saat air di bak mandi surut, maka dengan otomatis pompa akan hidup untuk menyedot air dari dalam sumur atau dari bak penampung air PDAM untuk mengisi bak air di kamar mandi. Begitu air di bak mandi sudah kita nyatakan penuh dan kita menutup kran air, maka tabung tekanan pompa akan termampat dan mempunyai tekanan yang cukup untuk mendorong torak/piston pada saklar tekanan/pressure switch yang ditempatkan berhubungan langsung dengan tabung tekanan tadi. Dan karena tekanan dalam tabung tekanan cukup untuk mendorong torak/piston dari saklar tekanan/pressure switch maka dengan sendirinya saklar akan memutus aliran listrik dari sumber listrik ke pompa. Dengan demikian pompa akan dengan sendirinya mati, untuk nantinya akan hidup dan beroperasi kembali saat kran air kita buka kembali, demikian seterusnya.

Penjelasan di atas adalah cara kerja pompa yang menggunakan tabung tekanan untuk menghidupkan dan mematikan pompa yang umum dipasarkan saat ini. Namun dalam kenyataan di lapangan umumnya – karena kualitas dari saklar tekanan/pressure switch dan tabung tekanan yang rendah – pengguna pompa air listrik me-non-aktif-kan dua peralatan pendukung di atas tadi. Pengguna lebih memilih memasang saklar lampu untuk menghidupkan dan mematikan pompa air listrik tadi. Hal ini dianggap lebih praktis jika harus mengaktifkan dua peralatan pendukung pompa air listrik – yang tidak berkualitas tinggi – yang mana pompa air listrik akan mendapati keadaan – karena kebocoran pressure switch – hidup dan mati lagi setelah tekanan cukup dan hidup lagi saat tekanan berkurang. Keadaan demikian akan otomatis menjadikan pembengkakan biaya rekening listrik. Untuk itu maka penggunaan saklar lampu dianggap lebih praktis daripada memperbaiki tabung tekanan pompa dan saklar tekannya. Pemakaian pompa air listrik dengan menggunakan saklar lampu bisa dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema penggunaan saklar lampu untuk menghidupkan dan mematikan pompa air listrik.

     Namun yang perlu disadari adalah penggunaan saklar lampu yang asal-asalan yang tidak cukup untuk menjadi jembatan jalannya arus listrik dari jaringan listrik di rumah ke pompa air listrik – karena pompa yang berkapasitas besar dan sebagainya – yang berakibat saklar menjadi panas dan berpotensi terbakar. Di sini tidak dijelaskan secara rinci – karena nanti akan ada hitung-hitungan rumus yang bikin pening – mengenai penggunaan saklar yang bagaimana yang harus dipasang pada keperluan menyalakan dan mematikan pompa, namun dengan membeli saklar yang berkualitas bagus dan bisa diraba dengan tangan saat pompa hidup – keadaan tangan harus kering – pada body saklar hangat atau dingin-dingin saja, ini sudah bisa menjadi ukuran yang umum bagaimana kualitas saklar yang kita gunakan untuk mengoperasikan pompa air listrik tadi.

Itu tadi penjelasan tentang pompa air listrik yang hanya digunakan untuk pengisian air pada bak mandi. Namun yang kini banyak di terapkan di rumah-rumah, pompa air listrik digunakan untuk pengisian bak penampung air yang ditempatkan di tempat yang lebih tinggi dari kamar mandi untuk keperluan yang lebih banyak daripada hanya mengisi bak mandi saja (hal ini karena tekanan air dari PDAM kadang/sering/sama sekali tidak cukup untuk sampai di lantai dua misalnya). Jadi kita hanya mengisi hingga penuh bak penampung air yang ditempatkan lebih tinggi tadi, setelah itu air bisa kita gunakan untuk mandi dengan shower, mencuci mobil/motor, mengisi tabung air penyiram toilet dan sebagainya. Dan biasanya saat membeli bak penampung air yang akan ditempatkan di tempat yang lebih tinggi sudah terpasang – atau dibeli secara terpisah – saklar ketinggian batas air untuk mematikan pompa jika air sudah mencapai titik tertinggi yang mencegah air tidak sampai meluap keluar dari bak penampung tadi.

Terjadi lagi kendala di sini – akibat mutu barang/saklar batas ketinggian air yang berkualitas rendah – maka sering ditemukan bahwa saklar tidak bekerja sebagaimana mestinya. Mungkin saat masih baru saklar bekerja normal-normal saja, namun seiring dengan berjalannya waktu dan karena penempatan saklar yang dekat sekali dengan batas ketinggian air maka saklar – karena pengaruh uap air dan langsung menghidupkan pompa – akan cepat menjadi berkarat/kotor yang sudah tentu sangat berpengaruh pada kerjanya yang berakibat paling buruk adalah saklar tidak bisa mematikan pompa air listrik walaupun air dalam bak penampung sudah penuh, bahkan hingga meluap keluar.

Untuk mengatasi kejadian yang demikian sebenarnya bisa digunakan sistem saklar celup atau pelampung yang biasa digunakan untuk kalangan industri atau sistem switching/penyaklaran yang biasa digunakan di kapal. Namun yang perlu kita ketahui adalah bahwa sistem switching/penyaklaran yang digunakan di industri-industri atau di kapal-kapal sudah tentu mahal harganya! Ini dikarenakan biasanya pada panel listrik yang digunakan di industri/pabrik atau kapal umumnya sudah dibikin sedemikian kompleks untuk berbagai keperluan, di samping juga biaya/cost untuk designernya plus kualifikasi dan klasifikasi internasional yang diterapkan.

Dalam catatan ini disumbangkan bagaimana cara membuat alat otomatis yang sebenarnya diterapkan di industri/kapal untuk keperluan menghidupkan dan mematikan pompa air berdasarkan batas ketinggian air. Karena kalau toh harus membeli saklar yang didesign untuk keperluan ini secara langsung maka kita akan kembali dihadapkan dengan harga yang mahal. Untuk itu maka dalam catatan ini sengaja didiscover/diungkap apa sih sebenarnya yang ada pada alat-alat tersebut atau pada saklar-saklar yang kerjanya berdasarkan ketinggian air tersebut dan bagaimana rangkaian listriknya, yang nantinya akan dijelaskan secara rinci dan sesederhana mungkin hingga mudah dimengerti. Silakan dicopy-paste kalau perlu diprint semua tulisan dan gambar-gambar dalam catatan ini untuk memudahkan dalam merangkainya nanti (silakan dicontek habis). Penerapan alat otomatis pada pompa air listrik bisa dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Blok Diagram penggunaan alat otomatis untuk menghidupkan dan mematikan pompa air listrik.
Alat otomatis ini sudah dicoba di rumah penulis dengan hasil yang memuaskan dengan durability/ketahanan yang bagus (tahan lama), dan dengan menggunakan alat-alat/suku cadang yang bisa didapatkan di kota walaupun hanya setingkat kota kabupaten. Dan satu hal lagi, salah satu alat yang boleh dinamakan sebagai komponen inti pada rangkaian ini diambil dari magnet bekas hiasan lemari es! (lihat Gambar 3)
Gambar 3. Magnet hiasan lemari es atau Magnet Neodymium.

Gambar 3. Magnet hiasan lemari es atau Magnet Neodymium.

8 Oktober 2011 pukul 8:41
2. Prinsip dan cara kerja alat otomatis pompa air listrik
Prinsip kerja alat otomatis ini berdasarkan pada permukaan/ketinggian air yang ada di dalam bak penampung air dengan pemasangan pipa duga yang ditempatkan di luar bak penampung air (dengan jalan melubanginya), kemudian dimasukkan besi magnet kecil yang sudah diberi pelampung ke dalam tabung pipa duga tersebut. Setelah itu pada dinding tabung pipa duga dipasang dua set sensor  dimana pada batas air terendah/surut pompa akan menyala dan mengisi bak penampung air hingga berhenti pada permukaan air tertinggi/penuh karena pengaruh magnet pada sensor-sensornya (batas air terendah dan tertinggi). Dan penentuan tentang permukaan air surut maupun penuh bisa kita atur sesuai dengan kebutuhan kita.

Sebelum penjelasan cara kerja secara rinci rangkaian listrik (alat) otomatis pompa air ini, silakan lihat kembali Gambar 1 dimana hidup dan matinya pompa hanya bergantung pada saklar utama (saklar lampu). Gambar 1 adalah gambar sebuah rangkaian yang sangat sederhana dalam pemasangan pompa air dan sistim kelistrikannya, tegangan AC/jala-jala listrik masuk untuk menjalankan pompa hanya dibatasi/dikendalikan oleh S1 (saklar utama) dimana untuk menjalankan dan mematikan pompa kita hanya perlu menekan tombol hidup/mati dari saklar. Dikatakan sangat sederhana karena kita perlu memantau/melihat atau membiarkan air dalam bak penampung sampai penuh atau meluap baru kita matikan pompa. Satu hal yang bisa dikatakan akan terjadi pemborosan/tidak efisien jika kita lupa mematikan pompa saat kita melakukan kegiatan lain yang agak jauh dari bak penampung air.

Kini silakan lihat kembali blok diagram (pada Gambar 2) dari rangkaian listrik untuk pompa air yang sudah dipasangi alat otomatis dimana alat otomatis tersebut dikendalikan oleh sensor (reed switch) pada tabung pipa duga. Pompa akan hidup dan mati sendiri jika sensor-sensor – karena pengaruh magnet yang diapungkan dalam tabung pipa duga – ini memberi umpan/sinyal listrik pada alat otomatis yang selanjutnya diteruskan ke pompa air listrik. Setelah memahami prinsip kerja dari keseluruhan sistem tadi, untuk lebih jelasnya silakan lihat Gambar 5, namun untuk menghindari kesalahan pembacaan skema, harap pahami dulu gambar hubungan antar kawat penghantar listrik yang diterapkan dalam penggambaran skema listrik dalam catatan ini (lihat Gambar 4).

Gambar 4. Simbol Rangkaian Terhubung dan Tidak Terhubung
Gambar 5: Skema alat otomatis saat siaga/standby
Gambar 5 di atas adalah skema lengkap alat otomatis berikut sensor saat ketinggian air dalam bak penampung air masih sepertiga bagian, ini berarti bahwa walaupun saklar utama kita tekan pada posisi hidup/on, pompa tidak akan hidup/bekerja, dan ini bisa kita katakan bahwa pompa dalam keadaan siaga/stand-by. Setelah ketinggian air dalam bak penampung air mencapai batas terendah – karena pemakaian air – maka sensor (Reed Switch)/RS1 akan dalam posisi “on” karena pengaruh magnet (yang sudah diberi pelampung) yang terapung dalam pipa duga dari bak penampung air. Dan yang terjadi dalam rangkaian listrik saat menjalankan pompa adalah seperti Gambar 6 di bawah ini.
Gambar 6: Skema alat otomatis saat air surut/batas air terendah

Saklar utama S1 tetap dalam keadaan hidup/posisi on, karena pengaruh magnet dalam tabung pipa duga yang mempengaruhi sensor RS1, maka RS1 menjadi on/posisi hidup dan tegangan AC 220 Volt masuk ke dalam rangkaian listrik menyebabkan kumparan Relay RY1 (kaki no.2 dan no.7) mendapat tegangan dan bekerja menarik kontak-kontak yang terdapat dalam relay tersebut.

Kontak-kontak yang terhubung saat Relay RY1 mendapat tegangan adalah kontak no.1 terhubung dengan kontak no.3 dan kontak no.8 (yang tersambung langsung dengan sumber tegangan dari saklar utama S1) terhubung dengan kontak no.6 untuk memberi tegangan pada pompa air (menjalankannya). Walaupun sensor (Reed Switch) RS1 yang ditempatkan pada posisi batas air terendah sudah tidak dalam posisi on lagi karena sudah tidak terpengaruh magnet yang diapungkan dalam tabung pipa duga (tidak kontak karena batas air makin tinggi), akan tetapi Relay RY1 masih terus bekerja – dan menjalankan pompa – karena kumparan dari Relay RY1 (kaki/kontak no.2 dari RY1) masih mendapat tegangan dari hubungan antara kontak no.3 dan kontak no.1 dari Relay RY1 sendiri, serta hubungan antara kontak no.5 dan kontak no.1 dari Relay RY2 (yang tersambung langsung dengan sumber tegangan dari saklar utama S1).

Pompa air terus bekerja mengisi bak penampung air hingga batas air tertinggi (yang bisa kita tentukan sendiri dengan penempatan sensornya). Setelah magnet yang diapungkan dalam tabung pipa duga sejajar dengan sensor RS2 maka kedua kutub dari sensor tersebut/RS2 terhubung satu dengan yang lainnya yang menghubungkan kumparan dari Relay RY2 (kaki no.8 dari RY2) dengan sumber tegangan dari Saklar Utama S1. Ini berarti bahwa sensor RS2 menyebabkan Relay RY2 bekerja dan menarik kontak-kontaknya dari hubungan antara kontak no.5 dan no.1 berpindah menjadi hubungan antara kontak no.5 dan no.3. Atau bisa dikatakan juga memutus hubungan antara kontak no.5 dengan kontak no.1.

Dengan putusnya hubungan antara kontak no.5 dengan kontak no.1 dari Relay RY2 maka terputus juga hubungan antara kumparan Relay RY1 (kaki no.2) dengan sumber tegangan yang terhubung dari kontak no.1 dan no.3 dari Relay RY1. Demikian juga dengan kontak no.5 yang sudah terputus hubungannya dengan kontak no.1 dari Relay RY2 yang terhubung langsung dengan sumber tegangan dari Saklar Utama S1. Dengan demikian maka Relay RY1 berhenti bekerja dan memutus kontak antara sumber tegangan dari Saklar Utama S1 dengan pompa air yang menyebabkan pompa air berhenti bekerja. Lebih jelasnya silakan lihat Gambar 7 di bawah ini.

Gambar 7: Skema alat otomatis saat air penuh/batas air tertinggi

 Setelah bak penampung air sudah penuh dan kita membuka kran pemakaian (di kamar mandi atau yang lain) maka permukaan air dalam bak penampung air akan bergerak turun hingga batas air terendah dan pompa akan bekerja kembali hingga berhenti saat bak penampung air penuh kembali, begitu seterusnya. Kita bisa menyetop saat pompa sedang hidup/bekerja mengisi bak penampung air – karena suatu keperluan – dengan mematikan Saklar Utama S1.

Kita juga bisa menghidupkan pompa untuk pengisian bak penampung air sampai pada batas permukaan air tertinggi walaupun permukaan air belum surut betul dengan jalan menekan sekali saja Saklar Bel S2, dan pompa air akan berhenti sendiri setelah air dalam bak penampung sudah penuh. Lebih jelasnya silakan lihat Gambar 8 di bawah ini.
Gambar 8: Skema alat otomatis saat kita menghidupkan pompa dengan menekan tombol bel

Gambar 8 adalah skema yang terjadi pada rangkaian jika kita ingin mengisi bak penampung air walaupun batas ketinggian air belum mencapai titik terendah. Kita asumsikan ketinggian air masih sepertiga lebih sedikit dari batas air terendah dan kita ingin mengisi bak penampung air hingga batas air tertinggi. Dengan menekan tombol Saklar Bel S2 sekali saja (seperti saat kita menekan tombol bel rumah), maka rangkaian akan menerima sinyal (dari saklar bel seakan-akan batas ketinggian air sudah mencapai titik terendah (sinyal sensor RS1). Keadaan ini akan direspon oleh rangkaian untuk menjalankan pompa air dan rangkaian juga akan menghentikan pompa air saat ketinggian air dalam bak penampung air sudah mencapai titik tertinggi (magnet dengan pelampung sudah sejajar dengan sensor RS2).

9 Oktober 2011 pukul 9:00
3. Bahan-bahan dan Komponen Yang diperlukan dan Pengetesan kepekaan Reed Switch terhadap pengaruh magnet
3.A. Bahan-bahan dan komponen yang diperlukan
Setelah penjelasan cara kerja komponen dan rangkaian listrik untuk meng-otomatisasi pompa air, kini saatnya kita perlu tahu bahan-bahan dan komponen apa saja yang diperlukan dalam pembuatannya. Bahan-bahan dan komponen yang harus kita siapkan (kita beli dari toko tentunya) adalah sebagai berikut :
1. Relay merek Omron type MK2P-N, 220 Volt AC satu buah. Atau merek lain dengan spesifikasi yang sama utamanya nomor dari kaki-kakinya.

2.    Socket untuk relay merek Omron di atas dengan type PF083A satu buah.

3.         Relay merek Omron type LY2, 220 Volt AC satu buah. Atau merek lain dengan spesifikasi yang sama utamanya nomor dari kaki-kakinya.


4.    Socket untuk relay merek Omron di atas dengan type PTF08A satu buah.

5. Terminal kabel ukuran 3mm 12 titik, satu buah.

6. Kabel kawat tunggal NYA 1.5mm merek LMK (atau merek lain), kurang lebih satu meter.

7. Kabel ganda serabut ukuran 1.5mm merek apa saja yang penting kuat, dengan panjang yang disesuaikan antara ketinggian penempatan bak penampung air dengan di mana alat otomatis ini akan ditempatkan dikalikan dua.

8. Kotak/Box untuk dua MCB (dalam contoh gambar dipakai Box merek Presto untuk dua MCB).

9. Saklar Tunggal Hidup/Mati atau On/Off satu buah.

10. Saklar Tunggal untuk Bell satu buah.

11. Magnet model tablet dengan diameter 1 cm sebanyak 2 atau 3 buah (makin banyak makin baik karena daya magnetnya makin besar, namun harus disesuaikan dengan pelampung yang akan kita gunakan apakah bisa mengapungkan magnet-magnet tersebut dan yang pasti jangan sampai magnet tercelup/terkena air untuk menghindari karat).

12. Tabung pelampung magnet 1 buah (bisa diambil dari bekas spidol dan yang dipakai dalam contoh gambar adalah bekas tempat mata bor beton ukuran 12mm).

13. Reed Switch ukuran atau type apa saja bisa dipakai sebanyak 4 buah. Mungkin bagi Anda yang tinggal di kota-kota besar bisa langsung mendapatkan Reed Switch yang tidak terbungkus kumparan. Namun bagi Anda yang tinggal di daerah mungkin tidak banyak pilihan bagi Anda bahwa Anda akan mendapatkan Reed Switch yang sudah terbungkus kumparan. Nah di sini Anda harus kerja ekstra hati-hati dalam membongkar pembungkus kumparannya karena bahan dari Reed Switch terbuat dari kaca yang mudah patah atau pecah. Syukur-syukur jika langsung mendapatkan Reed Switch yang tidak ada pembungkus kumparannya. Lebih jelasnya bisa lihat ilustrasi pada Gambar 9.

14. Lem Super Glue (biasanya merek Alteco) satu botol.


15. Dan lain-lain bahan yang disesuaikan dengan kondisi tempat tinggal Anda disamping juga cemilan atau makanan ringan dan rokok kesukaan Anda plus kopi untuk menemani Anda mengerjakan semuanya hingga selesai.

16. Pola pikir bahwa Anda pasti berhasil merangkainya hingga selesai!


3.B. Pengetesan kepekaan Reed Switch terhadap pengaruh magnet
Pada sub judul bahan-bahan dan komponen yang diperlukan poin 11, kita membutuhkan magnet model tablet dengan diameter kira-kira 1 cm. Kemungkinan besar barang ini sangat sulit didapatkan, untuk itu alangkah baiknya kalau dirumah sudah ada hiasan magnet yang menempel pada lemari es kita ambil (dengan jalan mencungkilnya) untuk kita jadikan sebagai komponen yang dibutuhkan di sini. Lebih jelasnya lihat gambar 10 di bawah ini.
Gambar 10: Magnet model tablet ada di balik hiasan tempel lemari es.
Demikian juga pada poin 13, kita membutuhkan Reed Switch yang akan kita gunakan sebagai sensor batas ketinggian air terendah/tertinggi. Bentuk asli dari Reed Switch bisa dilihat pada gambar 11 di bawah ini.

Gambar 11: Bentuk asli Reed Switch.
Dan gambar Reed Switch dalam skema (simbol) adalah seperti gambar 12 berikut ini.
Gambar 12: Simbol Reed Switch yang sebenarnya dan penerapan dalam skema.
Dalam gambar 12 di atas terdapat dua gambar simbol dari Reed Switch jika digambarkan pada skema, yang di sebelah kiri adalah gambar simbol Reed Switch yang umum diterapkan pada gambar skema, dan yang disebelah kanan adalah gambar simbol Reed Switch yang diterapkan dalam gambar skema untuk alat otomatis pompa air listrik ini, semoga tidak bingung.

Setelah kita mencungkil dua buah atau lebih magnet model tablet dari hiasan tempel lemari es, kita harus merekatkan magnet-magnet tadi dengan menggunakan lem/perekat (bisa super glue atau alteco) dengan tujuan agar daya kemagnitan untuk mempengaruhi sensor semakin kuat. Rekatkan magnet satu dengan lainnya pada permukaan magnet yang saling tarik menarik agar pengerjaannya lebih mudah. Ini bisa dicoba dengan mendekatkan magnet satu dengan lainnya sebelum direkatkan dengan lem.
Gambar 13: Merekatkan dua buah atau lebih magnet model tablet dengan lem/perekat.
Setelah magnet-magnet tadi terekat kuat kini saatnya kita melakukan test kepekaan dari sensor (Reed Switch) menggunakan alat ukur multimeter dengan meletakkan switch selector yang ada pada multimeter pada range ohm. Letakkan magnet yang sudah direkatkan tadi pada tempat yang dimana magnet tidak mudah tergulir, kalau perlu diganjal. Setelah itu ambil Reed Switch dan hubungkan kedua kutubnya dengan dua tongkat multimeter yang sudah diseting pada range ohm tadi. Kemudian dekatkan Reed Switch pada magnet, maka jarum penunjuk pada multimeter akan bergerak yang menunjukkan bahwa Reed Switch bekerja karena pengaruh magnet tadi. Untuk lebih jelasnya lihat ilustrasi gambar 14 dan 15 di bawah ini.
Gambar 14: Mengukur kepekaan Reed Switch dengan menggunakan multimeter (belum kontak).

Pada gambar 14 bisa dilihat bahwa kedua kutub dari Reed Switch yang sudah dihubungkan dengan multimeter dan didekatkan dengan sumber magnet namun Reed Switch belum dapat bekerja (belum bisa kontak di antara kedua kutubnya) karena masih kurang dekat dengan sumber magnet. Setelah Reed Switch lebih didekatkan lagi dengan sumber magnet maka Reed Switch bisa bekerja (kontak kedua kutubnya), bisa dilihat pada gambar 15.
Gambar 15: Mengukur kepekaan Reed Switch dengan menggunakan multimeter (sudah kontak).
Lakukan pengujian kepekaan Reed Switch ini hingga berapa centimeter bisa bekerja. Kalau semakin jauh dari sumber magnet dan Reed Switch sudah bekerja, ini pertanda bahwa Reed Switch memang sudah peka. Tapi kalau lebih didekatkan pada sumber magnet dan Reed Switch baru bekerja maka ini berarti Reed Switch tidak peka atau sumber magnet yang tidak terlalu kuat. Tambah satu buah lagi (dengan jalan merekatkan) magnet model tablet atau mengganti Reed Switch dengan yang lebih peka. Untuk itu alangkah baiknya saat membeli Reed Switch di toko suku cadang/spare part elektronik, diuji dulu kepekaan Reed Switch tersebut. Kesimpulan dari penjelasan ini adalah makin peka Reed Switch atau makin kuat daya kemagnitan dari magnet tablet berarti semakin bagus untuk diterapkan pada rangkaian alat otomatis pompa air listrik ini.

10 Oktober 2011 pukul 7:30
4. Cara membuat pengapung magnet
Seperti telah disinggung pada bagian-bagian yang lalu bahwa salah satu komponen penting pembuatan alat otomatis untuk pompa air listrik ini adalah magnet bekas hiasan lemari es dan Reed Switch (saklar yang bekerjanya dipengaruhi magnit). Juga prinsip kerja dari seluruh rangkaian alat otomatis ini berdasarkan ketinggian air maka mengapungkan magnit dan memasukkannya ke dalam pipa duga adalah sesuatu yang mutlak.
Ini dikarenakan kita akan menempatkan sensor magnet pada dinding pipa duga yang permukaan airnya sudah pasti selalu sama dengan permukaan air yang ada dalam bak penampung air (ingat prinsip bejana berhubungan). Dan sama sekali kita tidak mencelupkan komponen dari alat otomatis yang berisi aliran listrik ke dalam air kecuali magnet yang akan mempengaruhi kerja sensor (Reed Switch) yang berada di luar/pada dinding pipa duga.

Alat untuk mengapungkan magnet yang harus kita siapkan adalah sesuatu yang berbentuk tabung yang ukurannya harus lebih kecil dari pipa duga yang akan kita pakai nanti. Dan satu hal lagi adalah pengapung di sini tidak boleh memakai yang berbahan besi karena kemungkinan daya apungnya jelek ditambah lagi berpotensi mempengaruhi kekuatan daya kemagnitan dari magnet yang akan kita masukkan dalam pengapung tadi.

Dalam percobaan pembuatan pengapung magnet dan sudah terbukti bagus di sini dipakai tabung bekas tempat mata bor beton ukuran 12mm atau bekas spidol besar yang sudah dibuang isinya. Dan langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut :
1. Siapkan tabung bekas tempat mata bor beton ukuran 12mm (kalau punya) atau bekas spidol yang sudah dibuang isi dalamnya. Bisa dilihat pada gambar 16 di bawah ini.
Gambar 16: Tabung bekas tempat mata bor beton ukuran 12mm dan bekas spidol besar.
Jika penggunaan bekas spidol mendapat kesulitan maka alangkah baiknya kalau kita menggunakan bekas tempat mata bor tadi karena kalau menggunakan spidol kita harus menggergajinya dulu untuk bisa menempatkan magnit di dalamnya dan daya apung bekas spidol tidak sebaik tabung bekas tempat mata bor beton. Kalau toh di rumah tidak punya bekas tabung tempat mata bor beton, kita bisa menggunakan alternatif lain yang mungkin bisa kita pakai sebagai alat pengapung magnet. Kalau masih belum ketemu alternatif lain tersebut, ya terpaksa harus beli sebuah mata bor beton ukuran 12mm yang masih terbungkus tabung plastik.
2. Potong tabung bekas pembungkus mata bor beton tadi menjadi dua bagian yang sama panjang dengan menggunakan pisau/cutter lalu rekatkan magnet pada tutup bagian bawah dari tabung bekas mata bor tadi (lihat gambar 17).
Gambar 17: Pemotongan tabung pengapung dan penempatan magnet yang direkatkan pada tutup tabung.
3. Setelah memotong bekas tempat mata bor beton menjadi dua bagian (yang satu bagian lagi bisa kita gunakan nanti jika akan membuat alat otomatis lagi), tempatkan dan rekatkan magnet pada tutup tabung bekas tempat bor tadi.  Setelah itu rekatkan juga tutup-tutupnya agar kedap air saat digunakan (lihat ilustrasi Gambar 18).
Gambar 18: Pengujian tabung bekas tempat mata bor beton yang sudah berisi magnet dengan menggunakan Reed Switch dan multimeter.
4. Dalam gambar 18 juga dilakukan pengujian lagi dengan alat ukur untuk meyakinkan bahwa walaupun telah terbungkus tabung plastik, magnet masih dapat mempengaruhi kerja Reed Switch. Dan untuk lebih meyakinkan lagi masukkan tabung (yang sudah berisi magnet) ke dalam pipa PVC ukuran 3/4 inch (dim) dan ukur apakah magnet masih bisa mempengaruhi kerja dari Reed Switch (lihat gambar 19 dan 20).
Gambar 19: Memulai pengujian tabung pengapung yang sudah berisi magnet
yang dimasukkan ke dalam pipa yang akan digunakan sebagai pipa duga.
5. Dalam gambar 19 dimulai pengujian tabung pengapung yang sudah berisi magnet yang dimasukkan ke dalam pipa yang akan kita pakai sebagai pipa duga. Setelah dipastikan bahwa Reed Switch terhubung dengan multimeter (alangkah baiknya menghubungkan multimeter dan Reed Switch dengan menggunakan capit buaya, lihat gambar 19), lebih dekatkan lagi Reed Switch tadi atau tempatkan pada dinding pipa yang akan kita pakai sebagai pipa duga (lihat gambar 20). Dalam gambar 20 bisa dilihat bahwa walaupun tabung pengapung yang sudah berisi magnet dan sudah juga dimasukkan ke dalam pipa yang akan kita pakai sebagai pipa duga, tetapi magnet yang ada di dalam tabung pengapung tadi masih bisa mempengaruhi Reed Switch yang kita tempatkan pada dinding pipa tersebut (lihat jarum penunjuk pada multimeter dalam gambar 20).
Gambar 20: Pengujian tabung pengapung yang sudah berisi magnet yang
dimasukkan ke dalam pipa yang akan digunakan sebagai pipa duga.
Hal ini menunjukkan bahwa daya kemagnitan dari magnet yang ada di dalam tabung pengapung masih cukup kuat untuk mempengaruhi Reed Switch yang nantinya akan kita tempatkan/rekatkan pada dinding pipa duga sebagai sensor ketinggian air.

11 Oktober 2011 pukul 8:30
5. Cara merangkai relay dan komponen listrik yang lain
Sebelum kita melaksanakan langkah demi langkah dalam merangkai komponen listrik yang akan dijelaskan lebih lanjut, sebaiknya diprint dulu gambar rangkaiannya/skemanya (Gambar 22), agar dalam merangkainya kita tidak perlu melihatnya di layar komputer dan yang pasti akan lebih nyaman jika hanya melihat kertas gambarnya. Dan dalam merangkainya satu hal yang harus benar-benar kita beri perhatian adalah tata cara dalam menghubungkan kawat (kabel tunggal) antara kontak-kontak pada terminal socket Relay-nya yang bisa kita pahami dengan melihat gambar di bawah ini (Gambar 21).

Gambar 21: Sama dengan gambar 4, Simbol Rangkaian Terhubung dan Tidak Terhubung
Gambar 21 di atas juga merupakan perjanjian yang harus dipatuhi dalam menghubungkan terminal-terminal antara socket-socket relay dengan menggunakan kabel kawat tunggal nantinya. Jika hal ini dilanggar, jangan salahkan gambar rangkaian/skema apabila nantinya komponen yang telah dirangkai tidak dapat bekerja atau lebih parahnya terjadi hubungan pendek (korslet) antara fasa satu dengan lainnya dari sumber listrik AC 220 Voltnya. Jadi harap disimak baik-baik gambar di atas dan gambar pengawatan lengkapnya yang bisa dilihat pada Gambar 22 di bawah ini.
Gambar 22: Hubungan antar kawat yang sebenarnya.
Selanjutnya, inilah langkah-langkahnya :
1. Siapkan socket relay type PF083A (kita sebut socket Relay 1) dan socket relay type PTF08A (kita sebut socket Relay2).
2. Sandingkan kedua socket tersebut, socket Relay 1 berada di sebelah kanan dalam gambar, dan socket Relay 2 berada di sebelah kirinya (lebih jelasnya silakan lihat Gambar 22). Setelah tersanding, atur posisinya persis sama seperti pada Gambar 22.
3. Potong kabel kawat tunggal sesuai ukuran jarak yang menghubungkan antara terminal-terminal kabel pada socket Relay 2 dengan terminal-terminal kabel pada socket Relay 1 (contoh: terminal kabel no.5 pada socket Relay 2 dengan terminal kabel no.3 pada socket Relay1).
4. Lepaskan kulit dari kabel-kabel yang akan menghubungkan kedua socket relay tersebut kira-kira seukuran 5mm saja di kedua ujungnya.
5. Mulailah menghubungkan satu persatu terminal kabel antara kedua socket relay tersebut dengan mengendurkan sekrup-sekrupnya (hanya yang akan dihubungkan saja) lalu masukkan kabel (yang sudah dilepaskan kulitnya) pada terminalnya kemudian kencangkan lagi sekrup-sekrupnya.
6. Demikian seterusnya hingga antara socket Relay 1 (PF083A) dan socket Relay 2 (PTF08A) terhubung sama persis dengan pengawatan dalam Gambar 22.
7. Periksa sekali lagi apakah sudah benar dalam menghubungkan terminal-terminal kabel antara kedua Relay tersebut.
8. Selanjutnya siapkan terminal kabel 12 titik, potong dengan menggunakan pisau atau cutter dengan rincian 2 titik untuk sumber tegangan, 4 titik untuk dua buah Reed Switch/sensor, dan 4 titik terakhir untuk pompa dan saklar bel. (kita masih punya sisa dua titik dari terminal kabel tersebut untuk disimpan atau digunakan untuk keperluan yang lain).
9. Atur posisi terminal-terminal kabel tadi sama persis seperti dalam Gambar 22 atau dapat dilihat juga pada Gambar 23 di bawah ini.
Gambar 23 : Gambar sebenarnya pengawatan antara kedua socket relay.

10. Hubungkan (dengan menggunakan kabel kawat tunggal) antara terminal-terminal kabel pada Relay 1 dan Relay 2 dengan terminal-terminal kabel seperti yang dimaksud pada point no.8 dan no.9 di atas tadi.
11. Periksa sekali lagi hubungan pengawatan antara semua terminal kabel dengan mencocokkannya pada pengawatan seperti contoh Gambar 22. Jika ternyata ada kesalahan segera betulkan. Namun jika sudah betul semua silakan lanjutkan pada langkah selanjutnya.
12. Pasang Relay merek Omron type MK2P-N 220 Volt dan Relay merek Omron type LY2 220 Volt (gambar 23) dengan cara menancapkannya pada masing-masing socketnya hingga terpasang seperti pada Gambar 24.
Gambar 24 : Bentuk Pisik dari Relay Omron type LY2 220V(RY2)
dan Omron type MK2P-N 220V (RY1).
Gambar 25 : Socket yang sudah terhubung dan Relay yang sudah terpasang.
Setelah semua relay tertancap pada socketnya, langkah berikutnya adalah melakukan ujicoba rangkaian pada tegangan kerja 220 Volt dengan maksud apakah rangkaian listrik yang telah kita rangkai tadi bisa bekerja dengan baik dan sebagaimana mestinya atau tidak. Untuk lebih jelasnya silakan ikuti bab tentang Melakukan Uji Coba Rangkaian.

12 Oktober 2011 pukul 7:14
6. Melakukan ujicoba rangkaian
Sebelum melakukan langkah-langkah ujicoba rangkaian sebaiknya diprint terlebih dahulu Gambar rangkaian ujicoba(Gambar 26) di bawah ini dan bisa juga mengamati gambar-gambar prakteknya (Gambar 27, 28 dan 29).
Gambar 26 : Hubungan Antar Kawat dalam Melakukan Ujicoba Rangkaian.
Harap diamati dan pelajari baik-baik gambar rangkaiannya dan gambar-gambar peraga yang ada di bawah ini, dan inilah langkah-langkahnya :
1. Siapkan rangkaian listrik otomatis pompa air yang sudah dirangkai dengan dialasi kayu/papan yang kering (agar tidak terjadi konduksi listrik dengan lantai) dan letakkanlah di lantai.
2. Siapkan tiga buah Saklar Bel dengan rincian satu buah sebagai saklar yang nantinya akan tetap dipasang dalam rangkaian dan yang dua buah sebagai pengganti Reed Switch 1 (batas air terendah) dan Reed Switch 2 (batas air tertinggi). Hubungkan saklar bel pertama (SX1) dengan kabel pada terminal no.5 dan no.6. Kemudian hubungkan lagi saklar bel kedua (SX2) dengan kabel pada terminal no.3 dan no.4. Dan kemudian hubungkan saklar bel (S2) dengan kabel pada terminal no.9 dan no.10 (persis sama seperti pada Gambar 27).
3. Siapkan sebuah lampu pijar 220 Volt (ukuran watt terserah) berikut fitting lampu dan kabelnya. Hubungkan pada terminal no.7 dan no.8. sebagai pengganti pompa air untuk langkah pengujian rangkaian.
4. Siapkan colokan listrik berikut kabel penghubungnya yang langsung bisa dihubungkan pada terminal no.1 dan no.2.
5. Periksa kembali apakah penyambungan kabel-kabel pada hubungan terminal-terminal listrik yang dimaksud di atas sudah benar-benar betul.
6. Setelah semuanya dinyatakan OK, pasang Relay RY1 dan Relay RY2 pada socketnya masing-masing.
Gambar 27: Persiapan Melakukan Praktek Ujicoba.
7. Tancapkan colokan listrik pada stop kontak (biasanya di dinding rumah), dalam hal ini kita harus hati-hati dan jangan gegabah meraba-raba komponen listrik yang sudah terangkai terutama terminal-terminalnya yang merupakan sekrup tanpa isolasi (karena bisa tersengat listrik).

8. Setelah tertancap tekan Saklar Utama S1 (jika dilengkapi dengan saklar) hingga posisi ON (Gambar 27), lihat apakah lampu pijar menyala? Jika langsung menyala berarti ada yang salah pada rangkaian kita. Jika tidak, silakan tekan Saklar Bel SX1 sebagai perumpamaan ketinggian air pada bak penampung telah mencapai titik terendah (ilustrasi pada Gambar 28). Dengan menekan sekali Saklar Bel SX1 (jika rangkaian tidak ada kesalahan) dapat dipastikan lampu pijar akan menyala (sebagai perumpamaan bahwa pompa air bekerja).
Gambar 28: Menekan Tombol Bel SX1 Sebagai Perumpamaan RS1 Kontak (Air Pada Batas Terendah).
 9. Lampu pijar akan terus menyala sebagai perumpamaan bahwa pompa akan terus bekerja sebelum ketinggian air pada bak penampung air mencapai titik tertinggi. Dan untuk mengumpamakan bahwa air sudah pada posisi batas air tertinggi, kita bisa menekan sekali saja Saklar Bel SX2 yang pasti akan diikuti oleh padamnya lampu pijar sebagai perumpamaan bahwa pompa berhenti bekerja (Gambar 29). Tekan dan tahan terus Saklar Bel SX2 sebagai perumpamaan bahwa air dalam bak penampung air masih tetap pada batas air tertinggi dan kita bisa lihat bahwa Relay RY2 masih terus bekerja. Kemudian lepas Saklar Bel SX2 yang ditekan dan ditahan tadi sebagai perumpamaan bahwa air dalam bak penampung air sudah turun dari batas air tertinggi lalu perhatikan lagi Relay RY2, bisa dipastikan bahwa Relay RY2 sudah tidak bekerja lagi.
Gambar 29: Menekan Tombol SX2 Sebagai Perumpamaan RS2 Kontak (Air Pada Batas Tertinggi).
10. Langkah selanjutnya adalah perumpamaan jika kita ingin mengisi air kembali pada bak penampung air sampai batas air tertinggi walaupun air dalam bak penampung air belum mencapai batas titik terendah. Tekan sekali saja Saklar Bel S2, maka lampu pijar akan menyala kembali sebagai perumpamaan bahwa pompa bekerja. Dan untuk mengumpamakan bahwa air sudah pada batas tertinggi silakan tekan sekali atau tekan dan tahan Saklar Bel SX2 yang akan diikuti oleh matinya lampu pijar (bisa diartikan bahwa pompa berhenti bekerja dan tidak ada arus listrik yang menuju pompa).
11. Jika kejadian-kejadian yang kita alami sama seperti yang sudah dijelaskan pada langkah-langkah di atas, berarti kita telah berhasil merangkai komponen listrik untuk otomatisasi pompa air ini.
12. Cabut colokan listriknya dan lepas semua alat-alat untuk ujicoba ini dari terminal-terminal listrik pada rangkaian.
Setelah dinyatakan bahwa rangkaian benar-benar bekerja sebagaimana mestinya, masukkan rangkaian komponen otomatisasi ini ke dalam kotak/Box MCB ganda (yang dipakai dalam contoh bermerek Presto). Mungkin ada sedikit kesulitan saat kita mengkoneksikan antara rel yang tersedia pada box dengan rel yang ada pada socket relay-relaynya. Jika demikian, kita bisa memapras dengan menggunakan kikir atau kertas gosok pada bagian yang sulit untuk dikoneksikan. Setelah terkoneksi (socket relay menempel dalam box), olesi bagian rel socket relay dan bagian rel yang tersedia dalam box dengan menggunakan Super Glue (alteco). Rekatkan juga terminal-terminal kabelnya dengan menggunakan Alteco. Lebih jelasnya kita bisa melihat ilustrasi pada Gambar 30.
Gambar 30: Ilustrasi rangkaian komponen dalam box MCB ganda merek Presto.
14 Oktober 2011 pukul 12:08
7. Merangkai sensor/Reed Switch
Untuk menyambung sensor/reed switch dengan kabel listrik yang akan menghubungkannya pada rangkaian (titik 3 dan 4/batas air tertinggi, atau titik 5 dan 6/ batas air terendah) kita perlu menyoldernya. Hal ini untuk menghindari kontak yang kurang bagus antara sensor dengan kabel dan menghindari pecahnya sensor yang disambung secara langsung (penyambungan dengan cara dipelintir) tanpa menggunakan solder. Ini dikarenakan bahan dari sensor/reed switch yang terbuat dari kaca dan mudah pecah. Lebih jelasnya lihat gambar 31 di bawah ini.
Gambar 31: Penyambungan Reed Switch dengan kabel serabut terisolasi (warna biru dan hitam).
Dalam gambar 31 di atas, diperlihatkan kabel yang sudahterhubung dengan sensor yang disambung dengan menggunakan solder. Namun sebelum melaksanakan penyambungan antara sensor dengan kabel, alangkah baiknya kalau kaki-kaki/kutub-kutub sensor/reed switch dibersihkan terlebih dahulu dengan cara dikerok dengan menggunakan cutter untuk menghindari tidak menempelnya timah pada kaki-kaki/kutub-kutub tersebut. Hal ini juga untuk menghindari pecahnya sensor – yang terbuat dari bahan kaca –  kalau terlalu lama mendapat aliran panas dari solder. Jadi upayakan untuk tidak terlalu lama dalam pengerjaan penyambungan ini.

Setelah penyambungan dinyatakan ok., bungkuslah sensor tersebut dengan menggunakan bahan isolasi yang bisa membungkusnya dengan rapi. Dalam contoh gambar dipakai selongsong kabel telepon yang pas untuk membungkusnya, namun kalau ada bungkuslah sensor tersebut dengan menggunakan pembungkus kabel atau sering disebut dengan “kabel kerut” yang bisa didapatkan di toko suku cadang listrik/elektronik (dengan membeli tentunya). Lihat gambar 32 dan 33.
Gambar 32: Memasukkan Reed Switch dan kabel sambungannya ke dalam selongsong kabel telepon.


Gambar 33: Reed Switch dan kabel sambungan yang sudah terbungkus selongsong kabel telepon.


Reed Switch dan kabel sambungan yang sudah terbungkus selongsong Isilasi Bakar.
Gambar 34: Ilustrasi penempatan sensor/reed switch pada dinding pipa duga.
Gambar 35: Ilustrasi penggabungan/penyambungan dua sensor menjadi satu kesatuan secara paralel.
16 Oktober 2011 pukul 7:38
8. Penyelesaian dan ujicoba terakhir
Bab terakhir ini menerangkan bagaimana penginstalan seluruh komponen yang diperlukan agar rangkaian otomatis pompa air listrik ini dapat bekerja.
Setelah kita melubangi bak penampung air bagian bawah dan atas untuk keperluan pemasangan pipa duga, masukkan pengapung yang sudah diisi magnet ke dalamnya (lihat gambar 36).
Gambar 36: Pengapung yang berisi magnet sudah dimasukkan ke dalam pipa duga.
Setelah pengapung berisi magnet berada dalam pipa duga, koneksikan pipa duga tersebut pada bak penampung air. Di sini sengaja tidak diterangkan secara panjang lebar bagaimana cara mengkoneksikan pipa duga pada bak penampung air karena banyak sekali cara yang bisa dipakai untuk keperluan ini. Pemasangan pipa duga pada bak penampung air bisa menggunakan slang/hose hyprex (seperti dalam gambar 36) agar kita masih bisa mengamati batas permukaan air secara visual melalui pergerakan tabung pengapung magnet yang berwarna hijau. Lalu slang/hose tersebut dikoneksikan pada pipa PVC yang juga dihubungkan dengan knee/elbow baru kemudian dipasangkan pada kedua lubang (atas/bawah) yang sudah disiapkan pada bak penampung air.
Setelah pekerjaan penginstalan pipa duga selesai, kita bisa memasang sensor/reed switch pada dinding pipa duga tersebut. Lebih jelasnya lihat ilustrasi-ilustrasi pada gambar 37, 38 dan 39.
37 : Pemasangan sensor/Reed Switch pada bagian atas (A) dan bagian bawah pipa duga (B).
Gambar 38 : Pemasangan sensor/Reed Switch bagian atas dan bawah pada pipa duga
Gambar 38 adalah pemasangan pipa duga (dan penerapan otomatisasi pompa air) yang menggunakan dua bak penampung air karena kapasitas bak yang kecil. Dan jika – setelah melihat gambar tersebut – masih dirasa membingungkan karena menggunakan dua bak penampung air, maka kita bisa melihat gambar bagan pemasangan pipa duga dan sensornya untuk penerapan otomatisasi pompa air yang menggunakan satu bak penampung air seperti gambar 39 di bawah ini.
Gambar 39: Pemasangan pipa duga dan sensor/reed switch untuk satu bak penampung air.
Pemasangan sensor-sensor batas air tertinggi/terendah bisa kita atur sesuai kebutuhan dengan cara menempatkannya – pada dinding pipa duga –  sampai setinggi dan serendah mana permukaan air dalam bak penampung air yang kita perlukan. Catatan: bahan-bahan yang digunakan dalam contoh pemasangan pipa duga di atas adalah :
1. Watermoor Socket untuk pipa PVC ½“ (inch/dim), dua buah.
2. Elbow atau Knee ½“ (inch/dim), dua buah.
3. Pipa PVC ½“ (inch/dim), panjang kurang lebih 50cm.
4. Pipa PVC warna bening (kalau ada) atau pipa dengan bahan Acrilyc. Kalau tidak ada bisa menggunakan slang Hyprex warna bening ukuran ¾“ (inch/dim), dengan panjang disesuaikan dengan tinggi dari bak penampung airnya.
5. Klem dari bahan stainless steel (agar tahan lama) dengan ukuran yang bisa mengikat slang ¾” (inch/dim), dua buah.
Setelah memahami gambar-gambar yang dicontohkan di atastadi, kini saatnya menghubungkan sensor/reed switch (batas air tertinggi/terendah) dengan rangkaian listriknya yang sudah kita rangkai. Dalam gambar 23 – yang juga dijadikan sebagai gambar 40 – diterangkan bahwa terminal kabel dengan notasi 3 dan 4 untuk dihubungkan dengan sensor batas air tertinggi dan notasi 5 dan 6 adalah untuk dihubungkan dengan sensor batas air terendah. Dengan demikian maka kita tinggal menghubungkannya saja dengan pedoman pada gambar 23 tersebut. Di sini perlu kabel yang panjangnya bisa menjangkau dimana box yang berisi rangkaian relaynya akan ditempatkan.
Setelah itu hubungkan kabel listrik dari pompa air pada terminal kabel dengan notasi 7 dan 8 dan hubungkan juga saklar bel pada terminal dengan notasi 9 dan 10.
Gambar 40: Notasi pada titik-titik terminal kabel.
Sebelum rangkaian dihubungkan dengan sumber listrik pada stop kontak, mungkin ada pertanyaan tentang di mana akan dipasang saklar utama S1. Sebenarnya pada terminal kabel dengan notasi 1 dan 2bisa langsung dihubungkan dengan sumber listrik tanpa memasang colokannya, namun untuk lebih amannya alangkah baiknya dipasang colokan listrik yang nantinya kita bisa menghubungkannya dengan sumber listrik dari stop kontak di dinding rumah. Dan untuk lebih memudahkan kita dalam mematikan pompa walaupun bak penampung air belum penuh – karena suatu keperluan – misal kita akan bepergian, kita bisa memasang saklar utama S1 pada hubungan sesudah colokan listrik. Untuk lebih jelasnya silakan lihat gambar 41 di bawah ini.
Gambar 41: Pemasangan saklar utama S1.
Sebelum menancapkan colokan listrik pada stop kontak, pasang relay-relaynya jika belum terpasang dan periksa kembali apakah hubungan-hubungan kabel-kabel listrik dari sensor dan lainnya sudah benar-benar terhubung dengan baik.

Jika semuanya sudah dinyatakan ok. dan sesuai dengan semua keterangan dalam catatan ini, tutup semua kran pemakaian air lalu masukkan colokan listrik pada stop kontak dan tekan S1 pada posisi hidup/on.

Jika sudah posisi on namun pompa tidak hidup/bekerja, kemungkinan ini dikarenakan posisi dari tabung pengapung berisi magnet terlalu ke bawah dari sensor batas air terendah. Untuk itu silakan tekan tombol saklar bel S2 (yang dihubungkan dengan terminal kabel notasi 9 dan 10) untuk memancing agar seakan-akan sensor batas air terendah dipengaruhi magnet dan menjalankan pompa.

Hentikan pompa dengan mematikan saklar utama S1 jika dilihat tabung pengapung berisi magnet sudah berada di atas sensor batas air terendah, lalu hidupkan lagi saklar utama S1 dan di sini pompa tidak akan bekerja karena sensor tidak terpengaruh magnet.

Buka kran saluran pemakaian air sampai tabung pengapung yang berisi magnet tepat berada/mempengaruhi sensor/reed switch batas air terendah yang dalam keadaan ini pompa bisa dipastikan akan bekerja kembali. Tutup kran pemakaian dan biarkan pompa air terus bekerja mengisi bak penampung air hingga posisi tabung pengapung berisi magnet mempengaruhi sensor/reed switch batas air tertinggi yang dalam keadaan ini bisa dipastikan pompa air berhenti bekerja.

Jika pompa tidak mau berhenti walaupun air dalam bak penampung air sudah meluap, segera putuskan hubungan listrik dengan rangkaian otomatis ini dengan jalan mematikan saklar utama S1 sekaligus mencabut colokan listrik dari stop kontak sumber tegangan listriknya. Periksa kembali apakah tabung pengapung berisi magnet bisa bekerja atau mengapung tanpa hambatan di dalam pipa duga. Untuk itu maka dalam pengujian awal kita harus selalu memantau apakah tabung pengapung berisi magnet dapat mengapung dengan bebas tanpa hambatan di dalam pipa duga tersebut.

Mungkin karena iklim yang panas karena umumnya bak penampung air ditempatkan di ketinggian, pipa duga yang terbuat dari bahan slang hyprex akan mengalami perubahan pisik (mengkerut atau bengkok dan lainnya) dimana akan mempengaruhi daya apung dari pengapung berisi magnet yang menjadikannya tidak bisa bebas  mengapung. Untuk ini kita bisa dapatkan solusinya dengan mengganti bahan untuk pipa duga ini dari pipa acrilyc (pipa warna bening) yang sudah tentu mahal harganya. Namun jika dirasa mahal kita bisa mengganti bahan pipa duga ini dengan pipa PVC biasa warna abu-abu dengan catatan diameter dalam pipa sama dengan diameter dalam slang hyprex yang kita ganti tadi. Hanya saja kita tidak bisa melihat lagi pengapung berisi magnet dalam pipa duga tersebut (karena tidak bening dan berwarna abu-abu). Namun kita tidak perlu khawatir akan hal ini karena hingga sekarang ini – walau tidak bisa melihat tabung pengapung berisi magnet – rangkaian otomatis untuk pompa air listrik ini masih bekerja dengan normal di rumah penulis [Supandik The Rider Bernadus adalah Omku (Supandik - YD3EBP)]. Selamat mencoba....
[Supandik The Rider Bernadus adalah Omku (Supandik - YD3EBP)]
Gambar 42 : Komponen dan terminal-terminal kabel dalam box yang siap pakai.
Gambar 43 : Rangkaian dalam box yang sudah dipasangi tutup.
Gambar 44 : Rangkaian dalam box yang sudah tertutup.

========TAMAT & SEMOGA BERMANFAAT========



Kata kunci Untuk artikel Ini :
  • Cara Membuat Alat Otomatis Pompa Air Listrik Dari Reed Switch dan Relay
  • Cara Membuat Alat Otomatis Pompa Air Listrik Dari Relay dan Reed Switch
  • Cara Membuat Alat Otomatis Pompa Air Listrik Dari Magnet
  • Cara Membuat Alat Otomatis Pompa Air Listrik Dari Reed Switch
  • Cara Membuat Alat Otomatis Pompa Air Listrik
  • Cara Membuat Alat Otomatis Pompa Air Listrik Dengan Memanfaatkan Magnet Hiasan Lemari Es
  • Cara Membuat Alat Otomatis Pompa Air Listrik Dengan Memanfaatkan Reed Switch dan Relay dan Magnet Hiasan Lemari Es
  • Manfaat Magnet Dari Almari Es Buat Otomatis Sistem Otomatis
  • Reed Switch dan Relay serta Magnet Untuk Membuat Alat Otomatis Pompa Air Listrik

1 komentar: