SURYA SARI ENTERPRISE: Ini Lokal Lho!!!

Rabu, 08 Mei 2019

Ini Lokal Lho!!!


Ini Lokal Lho!!!
       Sewaktu masih SMA atau mahasiswa, barangkali Anda menyukai tas ransel bermerek Eiger.  Kemudian celana jin memilih Lea.  Di saat santai tak lupa mengulum coklat batang SilverQueen.  Sesekali kalau bosan makan nasi, beli roti Holland Bakery.
       Setelah kerja, pakaian sudah beralih ke merek Executive atau M2000, dan untuk yang kasual memilih Wood atau Ocean Line.  Sepatu resmi memakai Edward Forrer, sedangkan untuk joging mengambil Piero.  Sekali waktu mampir di Izzi Pizza untuk mengisi perut.
       Rumah yang dicat dengan Mowilek dilengkapi dengan sanitari Halmar.  Sedangkan untuk furnitur memakai gaya minimalis dan kontemporer bermerek Vinoti Living.  Kitchen set ada Olympic, dan di dalamnya ada sekaleng kopi Excelco serta botol air mineral Equil.  Di garasi, di samping mobil ada sepeda Polygon.
***
       Barang-barang bermerek di atas, boleh dibilang termasuk untuk kelas menengah-atas (middle-up).  Merek yang dipakai tampak keren, dan sekaligus menyiratkan mutu produk terjamin.  Dan jika barang bermerek di atas menjadi pilihan Anda, maka: teruskan.
       Kenapa harus diteruskan?  Karena dengan fanatik dengan merek di atas, maka Anda menyelamatkan devisa negara.  Barang yang mereknya menggunakan kosa kata asing itu bukan dari luar negeri, melainkan buatan lokal.  Jadi ketika anda membeli, maka uang Anda berputar di negeri ini juga.
       Keuntungan lain menggunakan produk lokal adalah, jika perusahaan tersebut untung, maka uangnya akan diinvestasikan di sini, sehingga akan kembali menyerap tenaga kerja.  Kalaupun diinvestasikan keluar, maka keuntungan di negeri seberang itu akhirnya masuk ke sini juga.
       Masih ada beberapa produk lokal yang bermerek asing, dan sebagian sudah di ekspor.  Kita lihat tas Elizabeth misalnya sudah merambah nusantara.  Sepatu Sophie Martin sudah merambah Filipina dan Australia.  Ada juga sepatu Apple Green, atau barang elektronik Polytron.
       Memang, penggunaan merek asing akan terlihat semakin ‘PD’ (percaya diri).  Mereka sepertinya tidak yakin bahwa dengan menggunakan merek lokal, pasar akan menerima, terutama jika yang dibidik kelas atas.  Kebanggan terhadap kosa kata sendiri tidak ada.
       Tetapi barangkali itu memang strategi jitu untuk pasar Indonesia.  Harus diakui bahwa sebagian besar masyarakat kita tidak yakin dengan keandalan produk lokal.  Mereka juga merasa kurang gaya jika menggunakan merek lokal.
       Asing minded  telah meracuni otak kita, sehingga selalu saja secara otomatis menempatkan merek asing sebagai barang yang lebih berkualitas dibanding lokal.  Dan selalu saja menempatkan produk asing lebih bergengsi ketimbang lokal.
       Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian dari pembelanja produk lokal tersebut mengira bahwa produk yang dibeli bikinan asing.  Mungkin jika sejak awal tahu bahwa produk tersebut produk lokal, batal membeli.  Tetapi tak masalah, karena kualitas produk bagus dan tetap bergengsi.
       Kita sudah terlambat untuk bisa seperti Korea atau Jepang yang produk globalnya menggunakan merek lokal mereka.  Pada awal pembangunan, mereka memproteksi produk luar dan mengembangkan produk lokal dengan merek lokal.  Lama-kelamaan mereka ketagihan bahkan sangat PD dengan produk sendiri.
***
       Bagaimanapun, produk lokal di atas meski bermerek asing, pantas diacungi jempol.  Apalagi sebagian produk tersebut sudah diekspor ke negara maju.  Sehingga, bukan saja kita tak perlu menghamburkan devisa untuk memperoleh barang kesukaan, tetapi juga mendatangka devisa.
       Merek lokal memang penting untuk kebanggaan diri.  Tetapi membuat barang yang bisa diminati oleh orang sendiri juga tak kalah pentingnya, meskipun harus menggadaikan kosa kata sendiri.
       Produk lokal dengan merek asing juga terasa lebih berharga ketimbang merek lokal tapi dikuasai asing  (lihat, Oo...Asing Too?).  sampai pada suatu saat, masyarakat kita ketagihan akan produk lokal, dan saat itu pula dijejali produk lokal dengan merek lokal.
·       Tulisan ini terinspirasi oleh kenyataan bahwa kadang kita perlu menggunakan merek asing untuk produk lokal agar cepat laku.

Di sadur dari:
 Kitab Negara Kuli (Apa lagi yang kita punya?)
Karya Anif Punto Utomo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar