|
Gambar
2. Blok Diagram penggunaan alat otomatis untuk menghidupkan dan mematikan pompa
air listrik.
|
Alat otomatis ini sudah dicoba di rumah penulis dengan hasil yang memuaskan dengan durability/ketahanan yang bagus (tahan lama), dan dengan menggunakan alat-alat/suku cadang yang bisa didapatkan di kota walaupun hanya setingkat kota kabupaten. Dan satu hal lagi, salah satu alat yang boleh dinamakan sebagai komponen inti pada rangkaian ini diambil dari magnet bekas hiasan lemari es! (lihat Gambar 3)
|
Gambar
3. Magnet hiasan lemari es atau Magnet Neodymium.
|
|
Gambar
3. Magnet hiasan lemari es atau Magnet Neodymium.
|
8 Oktober 2011 pukul 8:41
2. Prinsip dan cara kerja alat otomatis pompa air listrik
Prinsip kerja alat otomatis ini berdasarkan pada permukaan/ketinggian air yang ada di dalam bak penampung air dengan pemasangan pipa duga yang ditempatkan di luar bak penampung air (dengan jalan melubanginya), kemudian dimasukkan besi magnet kecil yang sudah diberi pelampung ke dalam tabung pipa duga tersebut. Setelah itu pada dinding tabung pipa duga dipasang dua set sensor dimana pada batas air terendah/surut pompa akan menyala dan mengisi bak penampung air hingga berhenti pada permukaan air tertinggi/penuh karena pengaruh magnet pada sensor-sensornya (batas air terendah dan tertinggi). Dan penentuan tentang permukaan air surut maupun penuh bisa kita atur sesuai dengan kebutuhan kita.
Sebelum penjelasan cara kerja secara rinci rangkaian listrik (alat) otomatis pompa air ini, silakan lihat kembali Gambar 1 dimana hidup dan matinya pompa hanya bergantung pada saklar utama (saklar lampu). Gambar 1 adalah gambar sebuah rangkaian yang sangat sederhana dalam pemasangan pompa air dan sistim kelistrikannya, tegangan AC/jala-jala listrik masuk untuk menjalankan pompa hanya dibatasi/dikendalikan oleh S1 (saklar utama) dimana untuk menjalankan dan mematikan pompa kita hanya perlu menekan tombol hidup/mati dari saklar. Dikatakan sangat sederhana karena kita perlu memantau/melihat atau membiarkan air dalam bak penampung sampai penuh atau meluap baru kita matikan pompa. Satu hal yang bisa dikatakan akan terjadi pemborosan/tidak efisien jika kita lupa mematikan pompa saat kita melakukan kegiatan lain yang agak jauh dari bak penampung air.
Kini silakan lihat kembali blok diagram (pada Gambar 2) dari rangkaian listrik untuk pompa air yang sudah dipasangi alat otomatis dimana alat otomatis tersebut dikendalikan oleh sensor (reed switch) pada tabung pipa duga. Pompa akan hidup dan mati sendiri jika sensor-sensor – karena pengaruh magnet yang diapungkan dalam tabung pipa duga – ini memberi umpan/sinyal listrik pada alat otomatis yang selanjutnya diteruskan ke pompa air listrik. Setelah memahami prinsip kerja dari keseluruhan sistem tadi, untuk lebih jelasnya silakan lihat Gambar 5, namun untuk menghindari kesalahan pembacaan skema, harap pahami dulu gambar hubungan antar kawat penghantar listrik yang diterapkan dalam penggambaran skema listrik dalam catatan ini (lihat Gambar 4).
|
Gambar
4. Simbol Rangkaian Terhubung dan Tidak Terhubung
|
|
Gambar
5: Skema alat otomatis saat siaga/standby
|
Gambar 5 di atas adalah skema lengkap alat otomatis berikut sensor saat ketinggian air dalam bak penampung air masih sepertiga bagian, ini berarti bahwa walaupun saklar utama kita tekan pada posisi hidup/on, pompa tidak akan hidup/bekerja, dan ini bisa kita katakan bahwa pompa dalam keadaan siaga/stand-by. Setelah ketinggian air dalam bak penampung air mencapai batas terendah – karena pemakaian air – maka sensor (Reed Switch)/RS1 akan dalam posisi “on” karena pengaruh magnet (yang sudah diberi pelampung) yang terapung dalam pipa duga dari bak penampung air. Dan yang terjadi dalam rangkaian listrik saat menjalankan pompa adalah seperti Gambar 6 di bawah ini.
|
Gambar
6: Skema alat otomatis saat air surut/batas air terendah
|
Saklar utama S1 tetap dalam keadaan hidup/posisi on, karena pengaruh magnet dalam tabung pipa duga yang mempengaruhi sensor RS1, maka RS1 menjadi on/posisi hidup dan tegangan AC 220 Volt masuk ke dalam rangkaian listrik menyebabkan kumparan Relay RY1 (kaki no.2 dan no.7) mendapat tegangan dan bekerja menarik kontak-kontak yang terdapat dalam relay tersebut.
Kontak-kontak yang terhubung saat Relay RY1 mendapat tegangan adalah kontak no.1 terhubung dengan kontak no.3 dan kontak no.8 (yang tersambung langsung dengan sumber tegangan dari saklar utama S1) terhubung dengan kontak no.6 untuk memberi tegangan pada pompa air (menjalankannya). Walaupun sensor (Reed Switch) RS1 yang ditempatkan pada posisi batas air terendah sudah tidak dalam posisi on lagi karena sudah tidak terpengaruh magnet yang diapungkan dalam tabung pipa duga (tidak kontak karena batas air makin tinggi), akan tetapi Relay RY1 masih terus bekerja – dan menjalankan pompa – karena kumparan dari Relay RY1 (kaki/kontak no.2 dari RY1) masih mendapat tegangan dari hubungan antara kontak no.3 dan kontak no.1 dari Relay RY1 sendiri, serta hubungan antara kontak no.5 dan kontak no.1 dari Relay RY2 (yang tersambung langsung dengan sumber tegangan dari saklar utama S1).
Pompa air terus bekerja mengisi bak penampung air hingga batas air tertinggi (yang bisa kita tentukan sendiri dengan penempatan sensornya). Setelah magnet yang diapungkan dalam tabung pipa duga sejajar dengan sensor RS2 maka kedua kutub dari sensor tersebut/RS2 terhubung satu dengan yang lainnya yang menghubungkan kumparan dari Relay RY2 (kaki no.8 dari RY2) dengan sumber tegangan dari Saklar Utama S1. Ini berarti bahwa sensor RS2 menyebabkan Relay RY2 bekerja dan menarik kontak-kontaknya dari hubungan antara kontak no.5 dan no.1 berpindah menjadi hubungan antara kontak no.5 dan no.3. Atau bisa dikatakan juga memutus hubungan antara kontak no.5 dengan kontak no.1.
Dengan putusnya hubungan antara kontak no.5 dengan kontak no.1 dari Relay RY2 maka terputus juga hubungan antara kumparan Relay RY1 (kaki no.2) dengan sumber tegangan yang terhubung dari kontak no.1 dan no.3 dari Relay RY1. Demikian juga dengan kontak no.5 yang sudah terputus hubungannya dengan kontak no.1 dari Relay RY2 yang terhubung langsung dengan sumber tegangan dari Saklar Utama S1. Dengan demikian maka Relay RY1 berhenti bekerja dan memutus kontak antara sumber tegangan dari Saklar Utama S1 dengan pompa air yang menyebabkan pompa air berhenti bekerja. Lebih jelasnya silakan lihat Gambar 7 di bawah ini.
|
Gambar
7: Skema alat otomatis saat air penuh/batas air tertinggi
|
Setelah bak penampung air sudah penuh dan kita membuka kran pemakaian (di kamar mandi atau yang lain) maka permukaan air dalam bak penampung air akan bergerak turun hingga batas air terendah dan pompa akan bekerja kembali hingga berhenti saat bak penampung air penuh kembali, begitu seterusnya. Kita bisa menyetop saat pompa sedang hidup/bekerja mengisi bak penampung air – karena suatu keperluan – dengan mematikan Saklar Utama S1.
Kita juga bisa menghidupkan pompa untuk pengisian bak penampung air sampai pada batas permukaan air tertinggi walaupun permukaan air belum surut betul dengan jalan menekan sekali saja Saklar Bel S2, dan pompa air akan berhenti sendiri setelah air dalam bak penampung sudah penuh. Lebih jelasnya silakan lihat Gambar 8 di bawah ini.
|
Gambar
8: Skema alat otomatis saat kita menghidupkan pompa dengan menekan tombol bel
|
Gambar 8 adalah skema yang terjadi pada rangkaian jika kita ingin mengisi bak penampung air walaupun batas ketinggian air belum mencapai titik terendah. Kita asumsikan ketinggian air masih sepertiga lebih sedikit dari batas air terendah dan kita ingin mengisi bak penampung air hingga batas air tertinggi. Dengan menekan tombol Saklar Bel S2 sekali saja (seperti saat kita menekan tombol bel rumah), maka rangkaian akan menerima sinyal (dari saklar bel seakan-akan batas ketinggian air sudah mencapai titik terendah (sinyal sensor RS1). Keadaan ini akan direspon oleh rangkaian untuk menjalankan pompa air dan rangkaian juga akan menghentikan pompa air saat ketinggian air dalam bak penampung air sudah mencapai titik tertinggi (magnet dengan pelampung sudah sejajar dengan sensor RS2).
9 Oktober 2011 pukul 9:00
3. Bahan-bahan dan Komponen Yang diperlukan dan Pengetesan kepekaan Reed Switch terhadap pengaruh magnet
3.A.
Bahan-bahan dan komponen yang diperlukan
Setelah penjelasan cara kerja komponen dan rangkaian listrik untuk meng-otomatisasi pompa air, kini saatnya kita perlu tahu bahan-bahan dan komponen apa saja yang diperlukan dalam pembuatannya. Bahan-bahan dan komponen yang harus kita siapkan (kita beli dari toko tentunya) adalah sebagai berikut :
1.
Relay merek Omron type MK2P-N, 220 Volt AC satu buah. Atau merek lain dengan spesifikasi yang sama utamanya nomor dari kaki-kakinya.
2. Socket untuk relay merek Omron di atas dengan
type PF083A satu buah.
3. Relay merek Omron type LY2, 220 Volt AC
satu buah. Atau merek lain dengan spesifikasi yang sama utamanya nomor dari
kaki-kakinya.
4. Socket untuk relay merek Omron di atas dengan
type PTF08A satu buah.
5.
Terminal kabel ukuran 3mm 12 titik, satu buah.
6.
Kabel kawat tunggal NYA 1.5mm merek LMK (atau merek lain), kurang lebih satu meter.
7.
Kabel ganda serabut ukuran 1.5mm merek apa saja yang penting kuat, dengan panjang yang disesuaikan antara ketinggian penempatan bak penampung air dengan di mana alat otomatis ini akan ditempatkan dikalikan dua.
8.
Kotak/Box untuk dua MCB (dalam contoh gambar dipakai Box merek Presto untuk dua MCB).
9.
Saklar Tunggal Hidup/Mati atau On/Off satu buah.
10.
Saklar Tunggal untuk Bell satu buah.
11.
Magnet model tablet dengan diameter 1 cm sebanyak 2 atau 3 buah (makin banyak makin baik karena daya magnetnya makin besar, namun harus disesuaikan dengan pelampung yang akan kita gunakan apakah bisa mengapungkan magnet-magnet tersebut dan yang pasti jangan sampai magnet tercelup/terkena air untuk menghindari karat).
12.
Tabung pelampung magnet 1 buah (bisa diambil dari bekas spidol dan yang dipakai dalam contoh gambar adalah bekas tempat mata bor beton ukuran 12mm).
13.
Reed Switch ukuran atau type apa saja bisa dipakai sebanyak 4 buah. Mungkin bagi Anda yang tinggal di kota-kota besar bisa langsung mendapatkan Reed Switch yang tidak terbungkus kumparan. Namun bagi Anda yang tinggal di daerah mungkin tidak banyak pilihan bagi Anda bahwa Anda akan mendapatkan Reed Switch yang sudah terbungkus kumparan. Nah di sini Anda harus kerja ekstra hati-hati dalam membongkar pembungkus kumparannya karena bahan dari Reed Switch terbuat dari kaca yang mudah patah atau pecah. Syukur-syukur jika langsung mendapatkan Reed Switch yang tidak ada pembungkus kumparannya. Lebih jelasnya bisa lihat ilustrasi pada Gambar 9.
14.
Lem Super Glue (biasanya merek Alteco) satu botol.
15.
Dan lain-lain bahan yang disesuaikan dengan kondisi tempat tinggal Anda disamping juga cemilan atau makanan ringan dan rokok kesukaan Anda plus kopi untuk menemani Anda mengerjakan semuanya hingga selesai.
16.
Pola pikir bahwa Anda pasti berhasil merangkainya hingga selesai!
3.B.
Pengetesan kepekaan Reed Switch terhadap pengaruh magnet
Pada sub judul bahan-bahan dan komponen yang diperlukan poin 11, kita membutuhkan magnet model tablet dengan diameter kira-kira 1 cm. Kemungkinan besar barang ini sangat sulit didapatkan, untuk itu alangkah baiknya kalau dirumah sudah ada hiasan magnet yang menempel pada lemari es kita ambil (dengan jalan mencungkilnya) untuk kita jadikan sebagai komponen yang dibutuhkan di sini. Lebih jelasnya lihat gambar 10 di bawah ini.
|
Gambar
10: Magnet model tablet ada di balik hiasan tempel lemari es.
|
Demikian juga pada poin 13, kita membutuhkan Reed Switch yang akan kita gunakan sebagai sensor batas ketinggian air terendah/tertinggi. Bentuk asli dari Reed Switch bisa dilihat pada gambar 11 di bawah ini.
|
Gambar
11: Bentuk asli Reed Switch.
|
Dan gambar Reed Switch dalam skema (simbol) adalah seperti gambar 12 berikut ini.
|
Gambar
12: Simbol Reed Switch yang sebenarnya dan penerapan dalam skema.
|
Dalam gambar 12 di atas terdapat dua gambar simbol dari Reed Switch jika digambarkan pada skema, yang di sebelah kiri adalah gambar simbol Reed Switch yang umum diterapkan pada gambar skema, dan yang disebelah kanan adalah gambar simbol Reed Switch yang diterapkan dalam gambar skema untuk alat otomatis pompa air listrik ini, semoga tidak bingung.
Setelah kita mencungkil dua buah atau lebih magnet model tablet dari hiasan tempel lemari es, kita harus merekatkan magnet-magnet tadi dengan menggunakan lem/perekat (bisa super glue atau alteco) dengan tujuan agar daya kemagnitan untuk mempengaruhi sensor semakin kuat. Rekatkan magnet satu dengan lainnya pada permukaan magnet yang saling tarik menarik agar pengerjaannya lebih mudah. Ini bisa dicoba dengan mendekatkan magnet satu dengan lainnya sebelum direkatkan dengan lem.
|
Gambar
13: Merekatkan dua buah atau lebih magnet model tablet dengan lem/perekat.
|
Setelah magnet-magnet tadi terekat kuat kini saatnya kita melakukan test kepekaan dari sensor (Reed Switch) menggunakan alat ukur multimeter dengan meletakkan switch selector yang ada pada multimeter pada range ohm. Letakkan magnet yang sudah direkatkan tadi pada tempat yang dimana magnet tidak mudah tergulir, kalau perlu diganjal. Setelah itu ambil Reed Switch dan hubungkan kedua kutubnya dengan dua tongkat multimeter yang sudah diseting pada range ohm tadi. Kemudian dekatkan Reed Switch pada magnet, maka jarum penunjuk pada multimeter akan bergerak yang menunjukkan bahwa Reed Switch bekerja karena pengaruh magnet tadi. Untuk lebih jelasnya lihat ilustrasi gambar 14 dan 15 di bawah ini.
|
Gambar
14: Mengukur kepekaan Reed Switch dengan menggunakan multimeter (belum kontak).
|
Pada gambar 14 bisa dilihat bahwa kedua kutub dari Reed Switch yang sudah dihubungkan dengan multimeter dan didekatkan dengan sumber magnet namun Reed Switch belum dapat bekerja (belum bisa kontak di antara kedua kutubnya) karena masih kurang dekat dengan sumber magnet. Setelah Reed Switch lebih didekatkan lagi dengan sumber magnet maka Reed Switch bisa bekerja (kontak kedua kutubnya), bisa dilihat pada gambar 15.
|
Gambar
15: Mengukur kepekaan Reed Switch dengan menggunakan multimeter (sudah kontak).
|
Lakukan pengujian kepekaan Reed Switch ini hingga berapa centimeter bisa bekerja. Kalau semakin jauh dari sumber magnet dan Reed Switch sudah bekerja, ini pertanda bahwa Reed Switch memang sudah peka. Tapi kalau lebih didekatkan pada sumber magnet dan Reed Switch baru bekerja maka ini berarti Reed Switch tidak peka atau sumber magnet yang tidak terlalu kuat. Tambah satu buah lagi (dengan jalan merekatkan) magnet model tablet atau mengganti Reed Switch dengan yang lebih peka. Untuk itu alangkah baiknya saat membeli Reed Switch di toko suku cadang/spare part elektronik, diuji dulu kepekaan Reed Switch tersebut. Kesimpulan dari penjelasan ini adalah makin peka Reed Switch atau makin kuat daya kemagnitan dari magnet tablet berarti semakin bagus untuk diterapkan pada rangkaian alat otomatis pompa air listrik ini.
10 Oktober 2011 pukul 7:30
4.
Cara membuat pengapung magnet
Seperti telah disinggung pada bagian-bagian yang lalu bahwa salah satu komponen penting pembuatan alat otomatis untuk pompa air listrik ini adalah magnet bekas hiasan lemari es dan Reed Switch (saklar yang bekerjanya dipengaruhi magnit). Juga prinsip kerja dari seluruh rangkaian alat otomatis ini berdasarkan ketinggian air maka mengapungkan magnit dan memasukkannya ke dalam pipa duga adalah sesuatu yang mutlak.
Ini dikarenakan kita akan menempatkan sensor magnet pada dinding pipa duga yang permukaan airnya sudah pasti selalu sama dengan permukaan air yang ada dalam bak penampung air (ingat prinsip bejana berhubungan). Dan sama sekali kita tidak mencelupkan komponen dari alat otomatis yang berisi aliran listrik ke dalam air kecuali magnet yang akan mempengaruhi kerja sensor (Reed Switch) yang berada di luar/pada dinding pipa duga.
Alat untuk mengapungkan magnet yang harus kita siapkan adalah sesuatu yang berbentuk tabung yang ukurannya harus lebih kecil dari pipa duga yang akan kita pakai nanti. Dan satu hal lagi adalah pengapung di sini tidak boleh memakai yang berbahan besi karena kemungkinan daya apungnya jelek ditambah lagi berpotensi mempengaruhi kekuatan daya kemagnitan dari magnet yang akan kita masukkan dalam pengapung tadi.
Dalam percobaan pembuatan pengapung magnet dan sudah terbukti bagus di sini dipakai tabung bekas tempat mata bor beton ukuran 12mm atau bekas spidol besar yang sudah dibuang isinya. Dan langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut :
1.
Siapkan tabung bekas tempat mata bor beton ukuran 12mm (kalau punya) atau bekas spidol yang sudah dibuang isi dalamnya. Bisa dilihat pada gambar 16 di bawah ini.
|
Gambar
16: Tabung bekas tempat mata bor beton ukuran 12mm dan bekas spidol besar.
|
Jika penggunaan bekas spidol mendapat kesulitan maka alangkah baiknya kalau kita menggunakan bekas tempat mata bor tadi karena kalau menggunakan spidol kita harus menggergajinya dulu untuk bisa menempatkan magnit di dalamnya dan daya apung bekas spidol tidak sebaik tabung bekas tempat mata bor beton. Kalau toh di rumah tidak punya bekas tabung tempat mata bor beton, kita bisa menggunakan alternatif lain yang mungkin bisa kita pakai sebagai alat pengapung magnet. Kalau masih belum ketemu alternatif lain tersebut, ya terpaksa harus beli sebuah mata bor beton ukuran 12mm yang masih terbungkus tabung plastik.
2. Potong tabung bekas pembungkus mata bor beton tadi menjadi dua bagian yang sama panjang dengan menggunakan pisau/cutter lalu rekatkan magnet pada tutup bagian bawah dari tabung bekas mata bor tadi (lihat gambar 17).
|
Gambar
17: Pemotongan tabung pengapung dan penempatan magnet yang direkatkan pada
tutup tabung.
|
3. Setelah memotong bekas tempat mata bor beton menjadi dua bagian (yang satu bagian lagi bisa kita gunakan nanti jika akan membuat alat otomatis lagi), tempatkan dan rekatkan magnet pada tutup tabung bekas tempat bor tadi. Setelah itu rekatkan juga tutup-tutupnya agar kedap air saat digunakan (lihat ilustrasi Gambar 18).
|
Gambar
18: Pengujian tabung bekas tempat mata bor beton yang sudah berisi magnet
dengan menggunakan Reed Switch dan multimeter.
|
4. Dalam gambar 18 juga dilakukan pengujian lagi dengan alat ukur untuk meyakinkan bahwa walaupun telah terbungkus tabung plastik, magnet masih dapat mempengaruhi kerja Reed Switch. Dan untuk lebih meyakinkan lagi masukkan tabung (yang sudah berisi magnet) ke dalam pipa PVC ukuran 3/4 inch (dim) dan ukur apakah magnet masih bisa mempengaruhi kerja dari Reed Switch (lihat gambar 19 dan 20).
|
Gambar 19: Memulai pengujian tabung pengapung yang
sudah berisi magnet
yang dimasukkan ke dalam pipa yang akan digunakan
sebagai pipa duga.
|
5. Dalam gambar 19 dimulai pengujian tabung pengapung yang sudah berisi magnet yang dimasukkan ke dalam pipa yang akan kita pakai sebagai pipa duga. Setelah dipastikan bahwa Reed Switch terhubung dengan multimeter (alangkah baiknya menghubungkan multimeter dan Reed Switch dengan menggunakan capit buaya, lihat gambar 19), lebih dekatkan lagi Reed Switch tadi atau tempatkan pada dinding pipa yang akan kita pakai sebagai pipa duga (lihat gambar 20). Dalam gambar 20 bisa dilihat bahwa walaupun tabung pengapung yang sudah berisi magnet dan sudah juga dimasukkan ke dalam pipa yang akan kita pakai sebagai pipa duga, tetapi magnet yang ada di dalam tabung pengapung tadi masih bisa mempengaruhi Reed Switch yang kita tempatkan pada dinding pipa tersebut (lihat jarum penunjuk pada multimeter dalam gambar 20).
|
Gambar 20: Pengujian tabung pengapung yang sudah
berisi magnet yang
dimasukkan ke dalam pipa yang akan digunakan sebagai
pipa duga.
|
Hal ini menunjukkan bahwa daya kemagnitan dari magnet yang ada di dalam tabung pengapung masih cukup kuat untuk mempengaruhi Reed Switch yang nantinya akan kita tempatkan/rekatkan pada dinding pipa duga sebagai sensor ketinggian air.
11 Oktober 2011 pukul 8:30
5. Cara merangkai relay dan komponen listrik yang lain
Sebelum kita melaksanakan langkah demi langkah dalam merangkai komponen listrik yang akan dijelaskan lebih lanjut, sebaiknya diprint dulu gambar rangkaiannya/skemanya (Gambar 22), agar dalam merangkainya kita tidak perlu melihatnya di layar komputer dan yang pasti akan lebih nyaman jika hanya melihat kertas gambarnya. Dan dalam merangkainya satu hal yang harus benar-benar kita beri perhatian adalah tata cara dalam menghubungkan kawat (kabel tunggal) antara kontak-kontak pada terminal socket Relay-nya yang bisa kita pahami dengan melihat gambar di bawah ini (Gambar 21).
|
Gambar 21: Sama dengan gambar 4, Simbol Rangkaian
Terhubung dan Tidak Terhubung
|
Gambar 21 di atas juga merupakan perjanjian yang harus dipatuhi dalam menghubungkan terminal-terminal antara socket-socket relay dengan menggunakan kabel kawat tunggal nantinya. Jika hal ini dilanggar, jangan salahkan gambar rangkaian/skema apabila nantinya komponen yang telah dirangkai tidak dapat bekerja atau lebih parahnya terjadi hubungan pendek (korslet) antara fasa satu dengan lainnya dari sumber listrik AC 220 Voltnya. Jadi harap disimak baik-baik gambar di atas dan gambar pengawatan lengkapnya yang bisa dilihat pada Gambar 22 di bawah ini.
|
Gambar 22: Hubungan antar kawat yang sebenarnya.
|
Selanjutnya, inilah langkah-langkahnya :
1. Siapkan socket relay type PF083A (kita sebut socket Relay 1) dan socket relay type PTF08A (kita sebut socket Relay2).
2. Sandingkan kedua socket tersebut, socket Relay 1 berada di sebelah kanan dalam gambar, dan socket Relay 2 berada di sebelah kirinya (lebih jelasnya silakan lihat Gambar 22). Setelah tersanding, atur posisinya persis sama seperti pada Gambar 22.
3. Potong kabel kawat tunggal sesuai ukuran jarak yang menghubungkan antara terminal-terminal kabel pada socket Relay 2 dengan terminal-terminal kabel pada socket Relay 1 (contoh: terminal kabel no.5 pada socket Relay 2 dengan terminal kabel no.3 pada socket Relay1).
4. Lepaskan kulit dari kabel-kabel yang akan menghubungkan kedua socket relay tersebut kira-kira seukuran 5mm saja di kedua ujungnya.
5. Mulailah menghubungkan satu persatu terminal kabel antara kedua socket relay tersebut dengan mengendurkan sekrup-sekrupnya (hanya yang akan dihubungkan saja) lalu masukkan kabel (yang sudah dilepaskan kulitnya) pada terminalnya kemudian kencangkan lagi sekrup-sekrupnya.
6. Demikian seterusnya hingga antara socket Relay 1 (PF083A) dan socket Relay 2 (PTF08A) terhubung sama persis dengan pengawatan dalam Gambar 22.
7. Periksa sekali lagi apakah sudah benar dalam menghubungkan terminal-terminal kabel antara kedua Relay tersebut.
8. Selanjutnya siapkan terminal kabel 12 titik, potong dengan menggunakan pisau atau cutter dengan rincian 2 titik untuk sumber tegangan, 4 titik untuk dua buah Reed Switch/sensor, dan 4 titik terakhir untuk pompa dan saklar bel. (kita masih punya sisa dua titik dari terminal kabel tersebut untuk disimpan atau digunakan untuk keperluan yang lain).
9. Atur posisi terminal-terminal kabel tadi sama persis seperti dalam Gambar 22 atau dapat dilihat juga pada Gambar 23 di bawah ini.
|
Gambar 23 : Gambar sebenarnya pengawatan antara kedua
socket relay.
|
10. Hubungkan (dengan menggunakan kabel kawat tunggal) antara terminal-terminal kabel pada Relay 1 dan Relay 2 dengan terminal-terminal kabel seperti yang dimaksud pada point no.8 dan no.9 di atas tadi.
11. Periksa sekali lagi hubungan pengawatan antara semua terminal kabel dengan mencocokkannya pada pengawatan seperti contoh Gambar 22. Jika ternyata ada kesalahan segera betulkan. Namun jika sudah betul semua silakan lanjutkan pada langkah selanjutnya.
12. Pasang Relay merek Omron type MK2P-N 220 Volt dan Relay merek Omron type LY2 220 Volt (gambar 23) dengan cara menancapkannya pada masing-masing socketnya hingga terpasang seperti pada Gambar 24.
|
Gambar 24 : Bentuk Pisik dari Relay Omron type LY2
220V(RY2)
dan Omron type MK2P-N 220V (RY1).
|
|
Gambar 25 : Socket yang sudah terhubung dan Relay yang
sudah terpasang.
|
Setelah semua relay tertancap pada socketnya, langkah berikutnya adalah melakukan ujicoba rangkaian pada tegangan kerja 220 Volt dengan maksud apakah rangkaian listrik yang telah kita rangkai tadi bisa bekerja dengan baik dan sebagaimana mestinya atau tidak. Untuk lebih jelasnya silakan ikuti bab tentang Melakukan Uji Coba Rangkaian.
12 Oktober 2011 pukul 7:14
6. Melakukan ujicoba rangkaian
Sebelum melakukan langkah-langkah ujicoba rangkaian sebaiknya diprint terlebih dahulu Gambar rangkaian ujicoba(Gambar 26) di bawah ini dan bisa juga mengamati gambar-gambar prakteknya (Gambar 27, 28 dan 29).
|
Gambar 26 : Hubungan Antar Kawat dalam Melakukan
Ujicoba Rangkaian.
|
Harap diamati dan pelajari baik-baik gambar rangkaiannya dan gambar-gambar peraga yang ada di bawah ini, dan inilah langkah-langkahnya :
1. Siapkan rangkaian listrik otomatis pompa air yang sudah dirangkai dengan dialasi kayu/papan yang kering (agar tidak terjadi konduksi listrik dengan lantai) dan letakkanlah di lantai.
2. Siapkan tiga buah Saklar Bel dengan rincian satu buah sebagai saklar yang nantinya akan tetap dipasang dalam rangkaian dan yang dua buah sebagai pengganti Reed Switch 1 (batas air terendah) dan Reed Switch 2 (batas air tertinggi). Hubungkan saklar bel pertama (SX1) dengan kabel pada terminal no.5 dan no.6. Kemudian hubungkan lagi saklar bel kedua (SX2) dengan kabel pada terminal no.3 dan no.4. Dan kemudian hubungkan saklar bel (S2) dengan kabel pada terminal no.9 dan no.10 (persis sama seperti pada Gambar 27).
3. Siapkan sebuah lampu pijar 220 Volt (ukuran watt terserah) berikut fitting lampu dan kabelnya. Hubungkan pada terminal no.7 dan no.8. sebagai pengganti pompa air untuk langkah pengujian rangkaian.
4. Siapkan colokan listrik berikut kabel penghubungnya yang langsung bisa dihubungkan pada terminal no.1 dan no.2.
5. Periksa kembali apakah penyambungan kabel-kabel pada hubungan terminal-terminal listrik yang dimaksud di atas sudah benar-benar betul.
6. Setelah semuanya dinyatakan OK, pasang Relay RY1 dan Relay RY2 pada socketnya masing-masing.
|
Gambar 27: Persiapan Melakukan Praktek Ujicoba.
|
7. Tancapkan colokan listrik pada stop kontak (biasanya di dinding rumah), dalam hal ini kita harus hati-hati dan jangan gegabah meraba-raba komponen listrik yang sudah terangkai terutama terminal-terminalnya yang merupakan sekrup tanpa isolasi (karena bisa tersengat listrik).
8. Setelah tertancap tekan Saklar Utama S1 (jika dilengkapi dengan saklar) hingga posisi ON (Gambar 27), lihat apakah lampu pijar menyala? Jika langsung menyala berarti ada yang salah pada rangkaian kita. Jika tidak, silakan tekan Saklar Bel SX1 sebagai perumpamaan ketinggian air pada bak penampung telah mencapai titik terendah (ilustrasi pada Gambar 28). Dengan menekan sekali Saklar Bel SX1 (jika rangkaian tidak ada kesalahan) dapat dipastikan lampu pijar akan menyala (sebagai perumpamaan bahwa pompa air bekerja).
|
Gambar 28: Menekan Tombol Bel SX1 Sebagai Perumpamaan
RS1 Kontak (Air Pada Batas Terendah).
|
9.
Lampu pijar akan terus menyala sebagai perumpamaan bahwa pompa akan terus bekerja sebelum ketinggian air pada bak penampung air mencapai titik tertinggi. Dan untuk mengumpamakan bahwa air sudah pada posisi batas air tertinggi, kita bisa menekan sekali saja Saklar Bel SX2 yang pasti akan diikuti oleh padamnya lampu pijar sebagai perumpamaan bahwa pompa berhenti bekerja (Gambar 29). Tekan dan tahan terus Saklar Bel SX2 sebagai perumpamaan bahwa air dalam bak penampung air masih tetap pada batas air tertinggi dan kita bisa lihat bahwa Relay RY2 masih terus bekerja. Kemudian lepas Saklar Bel SX2 yang ditekan dan ditahan tadi sebagai perumpamaan bahwa air dalam bak penampung air sudah turun dari batas air tertinggi lalu perhatikan lagi Relay RY2, bisa dipastikan bahwa Relay RY2 sudah tidak bekerja lagi.
|
Gambar 29: Menekan Tombol SX2 Sebagai Perumpamaan RS2
Kontak (Air Pada Batas Tertinggi).
|
10.
Langkah selanjutnya adalah perumpamaan jika kita ingin mengisi air kembali pada bak penampung air sampai batas air tertinggi walaupun air dalam bak penampung air belum mencapai batas titik terendah. Tekan sekali saja Saklar Bel S2, maka lampu pijar akan menyala kembali sebagai perumpamaan bahwa pompa bekerja. Dan untuk mengumpamakan bahwa air sudah pada batas tertinggi silakan tekan sekali atau tekan dan tahan Saklar Bel SX2 yang akan diikuti oleh matinya lampu pijar (bisa diartikan bahwa pompa berhenti bekerja dan tidak ada arus listrik yang menuju pompa).
11.
Jika kejadian-kejadian yang kita alami sama seperti yang sudah dijelaskan pada langkah-langkah di atas, berarti kita telah berhasil merangkai komponen listrik untuk otomatisasi pompa air ini.
12.
Cabut colokan listriknya dan lepas semua alat-alat untuk ujicoba ini dari terminal-terminal listrik pada rangkaian.
Setelah dinyatakan bahwa rangkaian benar-benar bekerja sebagaimana mestinya, masukkan rangkaian komponen otomatisasi ini ke dalam kotak/Box MCB ganda (yang dipakai dalam contoh bermerek Presto). Mungkin ada sedikit kesulitan saat kita mengkoneksikan antara rel yang tersedia pada box dengan rel yang ada pada socket relay-relaynya. Jika demikian, kita bisa memapras dengan menggunakan kikir atau kertas gosok pada bagian yang sulit untuk dikoneksikan. Setelah terkoneksi (socket relay menempel dalam box), olesi bagian rel socket relay dan bagian rel yang tersedia dalam box dengan menggunakan Super Glue (alteco). Rekatkan juga terminal-terminal kabelnya dengan menggunakan Alteco. Lebih jelasnya kita bisa melihat ilustrasi pada Gambar 30.
|
Gambar 30: Ilustrasi rangkaian komponen dalam box MCB
ganda merek Presto.
|
14 Oktober 2011 pukul 12:08
7. Merangkai sensor/Reed Switch
Untuk menyambung sensor/reed switch dengan kabel listrik yang akan menghubungkannya pada rangkaian (titik 3 dan 4/batas air tertinggi, atau titik 5 dan 6/ batas air terendah) kita perlu menyoldernya. Hal ini untuk menghindari kontak yang kurang bagus antara sensor dengan kabel dan menghindari pecahnya sensor yang disambung secara langsung (penyambungan dengan cara dipelintir) tanpa menggunakan solder. Ini dikarenakan bahan dari sensor/reed switch yang terbuat dari kaca dan mudah pecah. Lebih jelasnya lihat gambar 31 di bawah ini.
|
Gambar 31: Penyambungan Reed Switch dengan kabel
serabut terisolasi (warna biru dan hitam).
|
Dalam gambar 31 di atas, diperlihatkan kabel yang sudahterhubung dengan sensor yang disambung dengan menggunakan solder. Namun sebelum melaksanakan penyambungan antara sensor dengan kabel, alangkah baiknya kalau kaki-kaki/kutub-kutub sensor/reed switch dibersihkan terlebih dahulu dengan cara dikerok dengan menggunakan cutter untuk menghindari tidak menempelnya timah pada kaki-kaki/kutub-kutub tersebut. Hal ini juga untuk menghindari pecahnya sensor – yang terbuat dari bahan kaca – kalau terlalu lama mendapat aliran panas dari solder. Jadi upayakan untuk tidak terlalu lama dalam pengerjaan penyambungan ini.
Setelah penyambungan dinyatakan ok., bungkuslah sensor tersebut dengan menggunakan bahan isolasi yang bisa membungkusnya dengan rapi. Dalam contoh gambar dipakai selongsong kabel telepon yang pas untuk membungkusnya, namun kalau ada bungkuslah sensor tersebut dengan menggunakan pembungkus kabel atau sering disebut dengan “kabel kerut” yang bisa didapatkan di toko suku cadang listrik/elektronik (dengan membeli tentunya). Lihat gambar 32 dan 33.
|
Gambar 32: Memasukkan Reed Switch dan kabel
sambungannya ke dalam selongsong kabel telepon.
|
|
Gambar 33: Reed Switch dan kabel sambungan yang sudah
terbungkus selongsong kabel telepon.
|